Peran penting dalam terlaksananya pemuatan biji besi dengan kapal semi bulk carrier (menggunakan crane kapal) oleh pihak -pihak terkait (shipper, agent, pbm, stevedore, dan vessel) besar pengaruhnya guna mencapai produktivitas bongkar muat. Perlunya persiapan yang terencana dengan baik dengan harapan penekanan terhadap pencapaian produktivitas mengurangi biaya pengeluaran terkait dengan persaingan harga barang biji besi. Semakin kecil biaya yang diperlukan dalam proses muat di anchorage point mengurangi beban atau biaya pengapalan. Memang terkait dengan harga barang, banyak faktor penentu, dalam hal ini sektor shipping mempunyai cost yang cukup besar. Penekanan pada pengeluaran biaya muat yang notabene dengan kinerja serta persiapan muat jadi bahasan saya kali ini. Hal-hal yang perlu dipersiapkan antara lain :
1.koordinasi antara buyer dengan shipper mengenai kedatangan kapal serta spesifikasi kapal.
Berdasarkan pengalaman, selain faktor tenaga kerja bongkar muat (tkbm), kondisi kapal menjadi faktor yang besar bagi tercapainya bongkar muat yang maximum. Kapal tahun 80'an biasanya mempunyai loading rate (LR) yang rendah, sedang kapal diatas 95'an mempunyai LR yang besar.
2. Koordinasi dengan pihak pbm, agency, surveyor dan tkbm mengenai waktu dilaksanakan untuk persiapan pihak-pihak tertesebut.
3. Kesiapan muatan
Persiapan yang telah direncanakan dan dilaksanakan dengan baik, menjadi titik tolak pencapain mengarah kepada produktivitas muat yang tinggi. Pada proses pelaksanaan muat biji besi, berdasarkan kebutuhan akan kinerja muat, biasanya untuk tongkang ukuran 300ft dengan bekerja 4 gang maka diperlukan 3 dozer dan 1 loader membantu mengumpulkan muatan.
Pastikan kondisi dari alat berat tersebut serta persiapan lain seperti tali tross, safety fender, bbm supply untuk dozer dan loader sudah tersedia. Terkait dengan bbm supply untuk alat doröng tersebut biasanya pbm memprediksikan dengan banyaknya muatan yang dimuat dengan kebutuhan alat perharinya.
Setelah persiapan lengkap, dan kapal sudah tiba, agent dengan regulator pelabuhan melakukan pengecekan kapal. Selesai checking, segera shipper berkoodinasi dengan surveyor untuk pengecekan draft awal, pada saat itu jg foreman menaikkan alat berat, install fender, tali tross, dan memanggil tuq untuk merapat. Semua dilakukan seefektif dan seefisien mungkin. Yang pasti stevedore punya peran penting disini. Terkadang kita hadapi stevedore makan dan istirahat dahulu baru bekerja.
Pada saat proses ganti tongkang foreman perlu memprediksi lama sisa waktu tongkang yang akan diganti, sehingga tidak banyak waktu terbuang. Apabila kita temui pengapalan dengan 2 jenis muatan biji besi perlu perencanaan muat atau loading sequence yang baik. Seorang chief mate harus tahu mengenai kecepatan crane, kapasitas grabe, dan loading rate per jam, per hari dari kapalnya. Dlm proses muat, pembuangan ballast water sebisa mungkin seiring dengan muat, karna semakin rendah kapal maka jangkauan crane semakin dekat berhubungan dengan HCS (hook cycle speed). Semakin cepat HCS semakin banyak muatan dimuat.
Proses completed biasanya banyak memakan waktu untuk menjaga trim kapal. Chief mate yang aktif dan mengerti mampu merencankan proses akhir dengan waktu yang seefektif mungkin. Penentuan pemuatan muat dari awal sampai akhir terkait dengan isi didalam palka dan trim serta pekerjaan berapa gang hour untuk tiap-tiap palka.
Document juga terus dilaporkan dan dikoordinasikan baik shipper, pihak kapal (captain), agent, foreman tiap harinya, sehingga menghindari perbedaan laporan nantinya.
Persiapan, koordinasi, serta perencanaan yang tersusun rapih meningkatkan kinerja produktivitas bongkar muat.
No comments:
Post a Comment